secangkir kopi dan tayangan televisi
pagi minggu di sisi kiri peta Indonesia
disinilah aku
menatapi 1,6 juta anak negeri melingkari bundaran kecil
di lembar jawaban tentang harapan
bukan lulusan perguruan tinggi yang ada di benak
melainkan para sepuh yang masih saja memegang pensil 2B
pengabdiannya telah sekian dekade
ketika anak didiknya sendiri telah menjadi pejabat
tapi selembar pengakuan pegawai negeri belum jua ia genggam
"lima tahun saja, saya bisa pensiun" ujarnya terkekeh
itupun bila usahanya kali ini mendapat kertas SK
entah bila tidak
sebab konon katanya
nama-nama para pegawai yang diangkat telah ada dalam daftar
setelah segepok rupiah mengalir deras diantara lalulintas birokrasi kantor pusat
bukan lulusan perguruan tinggi yang masih ranum yang ada di pelupuk
melainkan ibu guru senior yang seharusnya telah menikmati hasil payahnya
berjuta subuh telah ia habiskan di jalanan menuju pengabdiannya
mengantarkan sekian ribu siswanya ke gerbang universitas
tapi hari ini nyatanya ia masih disini
diantara pencari kursi masadepan
bersaing dengn anak zamannya
bukan aku tak peduli mereka yang muda
aku hanya tak habis pikir bagaimana bisa pengabdian mereka yang sepuh
tak jua dapat pengangkatan?
setelah sekian lama menunggu janji
daftar nama mereka dilibas segepok KKN
duhai
inikah Indonesia?
aku masih disini
disisi kiri peta negeri seribu pulau, seribu satu pencoleng
bersama secangkir kopi
beraroma dingin dan
sedikit pahit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar