Selasa, 30 Oktober 2018

menyambut bulan baru

selamat pagi, Oktober
besok sudah bulan baru dan tanah belum memberi kabar
awan sesekali mendung namun tak jua hujan
apakah airmata telah mengering?

selamat pagi, Oktober
beberapa retakan bicara padaku
dengan berlembar dedaun dan batang kering yang terkapar
katanya kelak akan tiba setetes air yang hilang
kukira bukan sekarang
sebab ia hanya ada di lembaran lontar
yang lapuk dimakan usia
nyatanya ia telah mengirimkan pertanda

kukirim sebaris puisi pada bumi
bertahanlah, bertahan
esok sudah bulan baru
yang dalam namanya tersemat mantra hujan
bila pun ia ingkar janji, bertahanlah
meski aku ragu: mampukah ia ingkar janji?
bukan karena jawaban atas segala laku yang kita buat?
jangan jangan ...
jangan jangan ...

hari ini kusadari
bahkan angin pun meniupkan bara
ada kata-kata di setiap hembusannya
yang menular dengan ganas
katanya: fitnah itu ada di setiap hela napas
kata kata berbaris bagai anak itik merajai jalanan negeri
menutupi aliran sungai di desa dan kota, melewati pematang rapat dewan
mengangkangi kotoran yang mengering di pelataran gedung-gedung pertunjukan
menjadi tontonan, seperti hiburan
ditepuki dan dirayakan
dirayakan

duhai, Oktober
ingatkan aku untuk berhenti
saat bulan hendak berganti
bahwa harus selalu ada jeda
untuk memberi ruang pada nurani
ruang sendiri
dan sunyi





bahasa langit

bahasa langit