Senin, 13 April 2015

tetangga

pot bunga di pelataran rumahmu, itu aku yang kau sirami
hangat diterpa kilat sayap bibirmu, kirimkan sepiring cinta
lalu bulan menyimpan ratusan tangis dan rengek bayi, terdinding rumah kita

dirimu adalah aku dalam rangkai tali jemuran, menggapai siang
terbang bersama asap dapur yang mengepul, berbagi mangkuk sup
lalu celoteh burung berkeciap dikejar anak-anak kita, selurus zaman

kita adalah rumah yang tumbuh, sekeranjang kisah di atas taplak rumputan
sesekali hujan lalu melengkung pelangi, jalanan ini masih setia
lalu langit mengembang, bumi kita adalah kita


3 komentar:

  1. lalu apa nyambungnya sama tetangga ? saya kok ga mudeng ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kita dan tetangga ada di bumi yang sama, sama-sama tumbuh dan saling berbagi
      sayang, kita kerap membangun sekat yang terlalu tinggi, hingga tetangga tidak memiliki tempat yang terlalu istimewa.
      terima kasih sudah mampir, Nabil

      Hapus
    2. di puisi ini, saya ingin menggambarkan betapa sesungguhnya kita kerap berbagi makanan bahkan berbagi kisah dgn mereka dan saling membutuhkan. Meski tentu saja kita tetap memilah mana yang privat dan tidak.
      Bukankah Rasul pun mengajarkan kita untuk berhubungan mesra dengan tetangga?

      Hapus

bahasa langit

bahasa langit