ada kerlip lampu yang dibekap bulan
pada jalanan yang kuyup air mata
para perempuan dini hari
tak lagi terang segala duga
air mata atau mata air?
tawa berahi atau belati?
benarkah Tuhan yang memilihnya?
atau ia yang mengais sendiri
remah-remah nasib di pematang syahwat
tak peduli cahaya Tuhan dalam dirinya?
perempuan penghibur, sebutannya
siapa menghibur apa?
siapa dihibur apa?
di beranda pagi
si mamih tunggu setoran
Selasa, 30 Juni 2015
Selasa, 23 Juni 2015
Selasa, 16 Juni 2015
Senin, 15 Juni 2015
Waktu, Sang Penyembuh
dengar bisikan waktu
ketika laju mengacu musim ke sekian
serpih luka menjelma butir hikmah
rasa berevolusi pada esensi
matahari adalah penanda hidup yang beranjak
dari janji ke penunaian
sebagaimana bulan setia pada malam apapun bentuk rupanya
dengar bisikan waktu
ketika kupu-kupu mulai lahir
dan dedaun hijau dalam kepaknya yang sempurna
kemana perih nanah yang kemarin?
dimana ulat jijik yang menggeliat di ujung musim?
apa kabar nelangsa dan rasa kecewa?
lirih waktu yang merepih
menjahit luka bernanah
menyulam kecewa dengan benang emas pemahaman
merajut nelangsa di antara matahari dan pelangi
adalah pereda nyeri usai pemenuhan janji
hidup menandai musim
bersalin rupa dan aroma
kini waktu bernama penyembuh
kelak, tiba waktu Sang Penentu
ketika laju mengacu musim ke sekian
serpih luka menjelma butir hikmah
rasa berevolusi pada esensi
matahari adalah penanda hidup yang beranjak
dari janji ke penunaian
sebagaimana bulan setia pada malam apapun bentuk rupanya
dengar bisikan waktu
ketika kupu-kupu mulai lahir
dan dedaun hijau dalam kepaknya yang sempurna
kemana perih nanah yang kemarin?
dimana ulat jijik yang menggeliat di ujung musim?
apa kabar nelangsa dan rasa kecewa?
lirih waktu yang merepih
menjahit luka bernanah
menyulam kecewa dengan benang emas pemahaman
merajut nelangsa di antara matahari dan pelangi
adalah pereda nyeri usai pemenuhan janji
hidup menandai musim
bersalin rupa dan aroma
kini waktu bernama penyembuh
kelak, tiba waktu Sang Penentu
Minggu, 14 Juni 2015
Kabut Pagi Hari
mencoba memahami kabut pagi hari
ketika air mata embun menetes satu-satu
dan dedaunan melepasnya dengan ringan
mencoba mengerti kabut pagi hari
ketika ia menaiki langit pelan-pelan
dan bebatuan memandangnya dengan senyum
mencoba menangkap kabut pagi hari
ketika rindu menembus dada hati-hati
dan rerimbunan hasrat menggapai dengan rikuh
sesaat saja
meninggalkan jejak tak terlihat:
i.k.h.l.a.s.
ketika air mata embun menetes satu-satu
dan dedaunan melepasnya dengan ringan
mencoba mengerti kabut pagi hari
ketika ia menaiki langit pelan-pelan
dan bebatuan memandangnya dengan senyum
mencoba menangkap kabut pagi hari
ketika rindu menembus dada hati-hati
dan rerimbunan hasrat menggapai dengan rikuh
sesaat saja
meninggalkan jejak tak terlihat:
i.k.h.l.a.s.
Langganan:
Postingan (Atom)