Selasa, 30 September 2014

seperti musafir

betapa sering raga merasa, betapa beruntungnya
hanya karena lebatnya puja puji yang menghampiri
betapa mudahnya angin menipu
tentang perasaan yang membunga karenanya

tidakkah hati insyaf pada satu hal
puja puji hanyalah milik Sang Maha
pernahkan jiwa sadar akan banyak hal
tersembunyinya keburukan diri semata Tuhan
sampirkan kebaikanNya pada jasad yang kasat mata


arahkan telunjuk pada diri
lalu kaji seperti apa rupa ini
sebab nurani tak pernah lari
pada kejujuran menilai pribadi

seperti musafir
setiap jiwa tak pernah punya apa-apa

Minggu, 28 September 2014

doa renta seorang pendosa

bersama debu kubasuh kekeringan yang renta
kering ayat, kering doa, kering jiwa
kering segala
oo angin ...
haus tubuhku dahaga jantungku
pada kebasahan yang gerimis
satu satu

seribusatu iblis mengencingi azam
pada setiap subuh yang beku
kuteriakkan asmaMu dalam gigil jelaga

entah
dalam wujud apa kelak ku mampu
menemui
Mu
lagi

Jumat, 26 September 2014

senandika

mau kuikat malam yang perawan, biar tak lagi lepas, hingga tiba di bibir pagi, memunguti kuntum ayat bertebaran, bermusim dimakan rayap, rakus,
menghabisi keinsyafan yang hampir kadaluwarsa.

sungguh
kemarahan yang diam, tak lebih kuasa dari kediaman yang baka.

wahai Mahasegalamaha ...
genapkan ruhku pada malam-malam yang ganjil

Kamis, 25 September 2014

tentang kesendirian

Kupanggang puisiku di atas matahari
yang keriput
harusnya kau tahu
aku kerontang menunggu
mu

tentang kita

Katamu, katakata menjadi makna saat ia diberi spasi
kataku, beri aku sedikit jarak untuk kita bisa bergerak
seperti burung di antara langit
seperti ilalang bersama angin
lalu kita akan saling mengerling
dan mengerti
tentang hikayat hari ini ...

Selasa, 23 September 2014

Aku, Sang Malam

Aku, sang malam, mengerat pagi
biarkan lampu menguasai waktu
bersama geliat penari yang mengerang di pinggiran kota
menertawakan gincu dan ongkos hiburan
Aku, malam, menggurat bulan
Ingin kulepaskan ribuan kunang-kunang
kupecahkan pelangi
lalu lampu kota dan gincu menjadi sirna
hanya cahaya dan warna yang purna
Aku, sang malam
perih itu ketika tak ada sepi

bisik malam pemulung

Nak, mari mendaras bintang, malam ini
sematkan inginmu dan gumamkan 
sebelum pagi merebut 
mimpi mewah kita

Rabu, 17 September 2014

16 september 2014

draft itu bernama susunan kabinet
keluar dari mulut politisi negeri 
laju, menembus kecepatan cahaya

dengan seribu satu tafsir yang keluar dari segala mata angin
sawala di kotak elektronik menggusur issue makin menggila

aku dan mungkin engkau lalu tak sanggup diam
hawa dinding rumah, atap kantor, selasar jalan sontak memanas
lalu celoteh liar warung kopi
hingar bersama debu musim yang kerontang
menerbangkan amarah pada plavon-plavon kebijakan yang
semakin mandul

esok
haruskah keputusan lahir
meninggalkan kita?



*wacana penghapusan kemenag

bahasa langit

bahasa langit